Pagi Hari Yang Cerah. .
Ciit.. ciit..! burung berkicau dengan riangnya hari ini. Namun sepertinya lagu dengan dentuman penuh semangat sudah sedari tadi dinyalakan.
“Hup, satu, dua, satu, dua…,” Cewek itu menarik napas dalam-dalam dari hidung secara perlahan dan mengeluarkannya lagi sambil jalan di tempat. Dilanjuti dengan merentangkan tangan. Dari wajahnya sudah keluar keringat lumayan banyak.
“Tok.. Tok!,” seru seseorang dari belakangnya sambil membawa air putih. Cewek tadi menghadap ke belakang lalu tersenyum.
“Dah lama lo datangnya?” tanya cewek itu seraya mengambil air putih dari temannya dan meneguknya pelan.
“Baru.. tadinya nyokap lo yang mau bawain tu minum, ya udahlah sekalian gue mau ke kamar lo, gw bawain,” jawabnya.
“emh.. thanks yah! Eh, sekarang ada tes ya, Sa?”
“gak tahu juga sih, Nga.. tapi gue tadi malam sempet baca dikit gitu. Lo ngapain tadi malam?” Bunga mengusap keringat dengan handuk kecilnya seraya menaruh minumnya di atas meja.
“sama,” jawabnya singkat. Tessa mendekati tape Bunga lalu menekan tombol stop. Bunga langsung mengeryitkan alisnya. Tessa lalu menutup pintu kamar Bunga pelan dan duduk di tempat tidur diikuti oleh Bunga dengan duduk di sampingnya. Wajah Tessa terlihat gugup.
”lo kenapa? Ada yang mau di omongin?” Tanya Bunga pelan.
“Tadi malam gue gak sengaja lihat Dhona”
”HAH!? Dimana!?” Tessa langsung cepat-cepat menutup mulut Bunga. Bunga pun ikut-ikutan menutup mulutnya sendiri.
”kok dia bisa ada di sini sih!? Bukannya dia di...____,” Bunga berusaha memelankan suaranya.
”SSSHHHT..!! Bentar dulu, siapa tahu gue salah lihat! Kemarin, gue lihat di Mall gitu. Gue sih sempet ngikutin tapi, di tengah jalan gue lihat tas ungu lucuuuuu... banget eh, ya udah gue kehilangan dia”
Bunga masih menatap sahabatnya itu denagn tatapan penuh penasaran. Tessa hanya membalas dengan penuh penyesalan.
”Nga? Jangan bilang lo masih...,” Bunga masih dengan tatapan kosongnya. Pikirannya melayang ke masa lalu yang benar-benar paling menyedihkan, memalukan, menjengkelkan semasa SMAnya mendengar nama ’Dhona’. Sedangkan Tessa sedari tadi berusaha menyadarkan Bunga dengan melambaikan tangnya di depan wajah Bunga. Beberapa detik kemudian, Bunga menarik napasnya dalam-dalam dan meremas pundak Tessa.
”Jangan sampai dia! Semoga lo salah liat! Yah! SE-MO-GA!!”
”Tapi Nga, itu Dhona banget. Pakai topi, badannya tegap..., Ya ampun Dhona banget Nga! Gue sih gak bermaksud ngebangunin singa yang lagi tidur dalam diri lo. Setidaknya, kalau lo ketemu dia, lo dah siap mental inget kejadian masa lalu lagi, ya!,” Tessa berusaha menghibur. Bunga yang pada saat itu masih shock hanya menganggukkan kepalanya. Pelan.
”Hum.. ya udah, lo kan baru aja senam, masih keringatan, gak baik langsung mandi. Mendingan kita sarapan aja dulu ya...,” Ajak Tessa seraya menarik lengan Bunga pelan keluar dari kamar.
”Gak napsu..,” kata Bunga.
”HAH!? Langit mau runtuh kali ya? Sejak kapan lo gak napsu ma bau ini!?” Tanya Tessa sambil membuka pintu kamar dengan lebar. Bunga mengendus pelan.
”Hmh...Emh!! Wangi... wangi... PISCOK!!!,” Bunga langsung berlari keluar kamar meninggalkan Tessa. Dasar tukang makan!! Batin Tessa.
*
Benar-benar gila nih cowok. Jelas-jelas dia sudah push up 50 kali, tapi tetap aja dia lanjutin walaupun badannya dah penuh keringat.
"70, 71, 72,73,74,..," Ia terhenti mendengar getaran HP yang baru saja ia etakan di lantai. Tulisan 'cinta calling' tertera di layarnya.
"Hallo," jawabnya pelan. Si penelepon diam sejenak.
"Eng.. yang.. eh, Dhon..?" Akhirnya dia bersuara. Kali ini suaranya terdengar berat. Dhona mengeryitkan alisnya seraya mengusap keringat dari keningnya. Jantungnya berdegup kencan, tetapi kali ini bukan karena kelelahan melainkan 'bad feeling'nya.
"Dhon, sorry kalau lewat telepon. Emh... gue mau kita putus. Gue gak kuat hubungan jarak jauh kaya gini. Gue gak tahu lo ngapain, lo di sana sama siapa,, gue dah nyoba, tapi sorry gue gak bisa. Gue capek. Sorry ya Dhon... kita jadi teman aja gak apa-apa kan?" Dhona hanya bisa mendengarkan. Terpaku. Mulutnya tidak dapat mengeluarkan kata-kata. Dia bingung harus berekspresi seperti apa. Marahkan? Sedihkah? Dengan perlahan ia menurunkan hpnya dari telinga dan menekan tombol merah. Ia terpaku.
"humh...," di kamar dengan luas 10m itu hanya terdengar hembusan napasnya yang begitu berat. Seperti ditarik ke masa lalu, ingatannya terbang dengan berbagai gambarannya dulu tentang rasa, hati, dan cinta. Bibirnya mengucapkan satu nama dengan penyesalan yang sangat. Bukan ke keluarganya ataupun ceweknya yang baru saja jadi mantan.
"Bunga...," ucapnya pelan. Jantungnya makin terdengar kencang di telinganya.
*
"Tessa!!! Tadi kenapa gak nanya!?" teriak Bunga sambil berlari mengejar Tessa yang sedang ngambek.
"iiih...!!! gue tuh dah nanya! Eh, dah manggil! Lonya asik sendiri.. padahal tinggal satu soal lagi gue selesai!!" Tessa tetap berjalan dengan langkah lebarnya dan cepat. Bunga menarik sikunya hingga terhenti.
"Aaah... masa sih? Sorry deh gue gak denger... sorry ya... ng.. gue traktir kwetiau ya?" Tessa melepas sikunya dari genggaman Bunga.
"gak ah! BOSAN!" ia berjalan lagi,. Bunga sibuk mikir dengan berat.
"ng... kalau makanan Padang mau khan??" goda Bunga dari jauh. Langkah Tessa berhenti lalu menoleh ke belakan. Mengeryitkan alisnya.
"Emang lo ada uang?"
"ada donk!!! Yuk!," mereka berjalan dengan cepat menuju parkiran mobil yang tidak jauh dari mereka.
"lo kayanya lagi seneng banget hari ini. Dari pagi tadi makan piscik...," ucap Tessa tiba-tiba sambil menekan kata 'piscok' tadi. Buna dengan tampang sumringah menatap Tesa. Tessa hanya membalasnya dengan tatapan heran.
"gak tahu juga yah... hehehehehe...," Bunga melepas pegangannya dari Tessa. Tanpa sadar ia menyandung batu yang kebetulan di depannya berdiri cowok dengan punggung yang begitu tegap.
AAAAAH!!!" teriak Bunga histeris. Kedua tangannya menjalar ke depan dan dengan mulusnyamelingkar di pinggang cowok yang tinggi tegap di depannya yang berdiri membelakanginya. Tessa yang melihatnya ngebatin gak jelas.
OH NO BABY NO!!!!! Hatinya seraya menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangannya. Posisi mereka bertiga membatu. Semenit. Dua menit. Perlahan cowok tadi menoleh kebelakang.
"nga-pa-in... lo!?" tanyanya dingin. Bunga yang masih dalam keadaan 'memeluk'nya dari belakang masih terbengong-bengong sendiri. Sampai ia dipanggil oleh Tessa.
[still continued]